11.08.00
0
“Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”
Ini adalah isi dari sumpah pemuda yang di bacakan pada Kogres Pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober  1928. Momentum pada tanggal 28 Oktober ini adalah hari lahirnya bangsa Indonesia. Kogres yang memperkuat persatuan dan kesatuan pemuda Indonesia tanpa memandang suku, etnis, ras, pendidikan, dan agama. Sejarah sudah mengungkapkan bagaimana peranan pemuda Indonesia yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Bangkitnya pemuda Indonesia ini tidak terlepas dari ‘Sumpah Pemuda’ yang dikumandangkan pada 28 Oktober 1928. Sumpah pemuda yang membuka mata pemuda kita pada masa itu bahwa mereka adalah satu. Satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa, yaitu Indonesia.
 Setelah sekian tahun Indonesia merdeka, muncul babak baru di wajah bangsa ini. Babak baru yang kita kenal sebagai ‘era reformasi’. Era dimana  kebebasan berpikir dan mengeluarkan pendapat tidak dikekang. Era dimana pemuda kita dapat lebih berkreatifitas, lebih kritis, dan lebih bertanggungjawab. Tapi, apa yang diberikan ‘pemuda era reformasi’ sekarang. Banyak memang yang sudah diberikan, tetapi sebagian besar hanya menambah coretan hitam bangsa ini. Lihat saja mahasiswa yang berdemo dengan melakukan anarkis, tawuran antar sekolah atau suporter kesebelasan sepakbola yang menggila. Perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan perpecahan bangsa ini. Seperti ini kah generasi-generasi pemuda ini. Indonesia yang diisi dengan pemuda ‘era reformasi’ yang tidak bertanggung jawab. Kemana semangat nasionalisme pemuda ini. Semangat ‘Sumpah Pemuda’ yang telah dikumandangkan puluhan tahun silam. Sudah lupakah kita atau tidak mau peduli lagi.
Generasi masa depan…Gak berpendidikan penyakitan”. Sepenggal lirik lagu slank dengan judul kritis BBM ini mungkin dapat menggambarkan wajah pemuda kita sekarang. Wajah pemuda Indonesia yang mengisi hari-hari dengan sikap kritis tapi tidak bertanggung jawab. Sangat disayangkan sekali, tapi ini lah realita yang terjadi. Untuk itu supaya tidak “berpendidikan dan penyakitan”, kita sebagai pemuda bangsa ini….Generasi masa depan bangsa Indonesia mulai lah dengan tidak melupakan sejarahnya. Seperti kata Bung Karno “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri”
Apakah definisi dari kata merdeka Di jaman penuh tabrakan kepentingan berbeda Saat arus informasi publik telah terpotong Oleh belenggu hukum penguasa yang meneropong Ke dalam privasi cari sindikasi Dan melukai kemerdekaan teriritasi Indikasi sikap menghambat laju kemajuan Ataukah penguasa mencari pengakuan Korbankan jalur sukses sektor berbagai bidang Banyak pihak jadi pincang melangkah timpang Menganggap kami bodoh tak bisa membedakan Konsekuensi akan informasi tak mengenakkan Di dunia maya dan dunia politik di depan mata Elit penguasa dengan manuver mencari nama Bersikap bagaikan bocah puber menjadi sama Mengesahkan kekang informasi sambil tertidur Menganggap tugas wakil rakyat seperti libur Korosi oleh korupsi saja tak terurusi Mau mengatur laju sukses banyak institusi Sementara banyak hal penting yang tak terjamah Sejak jaman kemerdekaan hal hal yang sama Kemiskinan, pendidikan, kesehatan kesempatan pun di surusak dengan kenekatan mencekal porno aksi propokasi pro aksi Kesempatanpun dirusak dengan kenekatan Maling teriak maling, tak melihat situasi Mewakilkan rakyatnya dengan ngorok di kursi Kita tak bodoh, bangsa kita berakal budi Dianggap tak bisa filter informasi, aku tak sudi

0 komentar:

Posting Komentar